Bagi orang Jepang, kucing adalah hewan teramat istimewa. Bahkan,
konon orang Jepang lebih memilih memelihara kucing dibanding memelihara
anjing. Para kaisar yang pernah menduduki tahta pemerintahan, konon
selalu memelihara kucing. Ini dikarenakan adanya mitos turun-temurun
yang menyatakan bahwa kucing adalah hewan kesayangan Dewa Amaterasu,
dewa matahari. Sebagai hewan kesayangan Dewa, kucing sering turun ke
dunia manusia untuk mengamati kehidupan para manusia dan melaporkan
segala yang dilihatnya itu kepada para dewa. Jika ia menemukan orang
yang berhati mulia namun sangat miskin, ia akan melaporkannya kepada
Dewa Kemakmuran agar orang baik tersebut diberi rahmat rejeki. Dari
mitos ini pulalah lahir boneka “ManekiNeko”, yaitu boneka atau patung
kucing yang duduk dan melambaikan satu kaki depannya. Kita sering
melihat patung seperti ini di toko-toko, bukan? Patung ini adalah simbol
rejeki atau kemakmuran, karena orang Jepang percaya bahwa kucing itu
mendatangkan rejeki. Mitos ini tidak hanya dipercaya oleh orang Jepang,
tapi juga oleh orang-orang China yang dikenal sebagai pedagang ulung.
Itulah sebabnya, bagi orang Jepang, kucing dianggap hewan yang
keramat. Mereka percaya, jika seseorang membunuh kucing dengan sengaja,
maka kesialan akan mengikuti sepanjang sisa hidupnya akibat kutukan
dewa. “Sekalipun kamu tidak menyukai kucing, jangan sengaja membunuhnya
atau resiko kutukan akan mengikuti sisa hidupmu sampai kau mati,”
begitulah paham yang dianut oleh orang-orang Jepang. Sebetulnya, tidak
terlalu berbeda dengan mitos kepercayaan di Indonesia, ya? Orang
Indonesia juga meyakini bahwa membunuh kucing dengan sengaja (misalnya
sengaja menabrak kucing dengan mobil), maka akan membawa kesialan
sepanjang umur bagi si pelakunya. Bagi umat muslim, kucing dipercaya
sebagai hewan kesayangan Nabi Muhammad. Sedangkan bagi umat non muslim,
kucing diyakini mempunyai kekuatan menangkal roh-roh jahat atau makhluk
halus. Konon, hantu memang tidak menyukai rumah yang penghuninya
memelihara kucing.
Saking mengagungkan kucing, konon orang Jepang tidak akan
memperlakukan jenazah kucing mereka dengan sembarangan. Sampai sekarang
tradisi ini masih tetap berlaku bagi orang Jepang. Jika kucing
peliharaan mereka mati, orang Jepang akan menguburkan jenazah sang
kucing di pemakaman khusus hewan seperti layaknya pemakaman manusia.
Mereka memasang dupa di kuburan kucingnya dan mendoakan supaya arwah
sang kucing diterima di Kerajaan Dewa. Diyakini, sebagai imbal-baliknya,
arwah sang kucing akan melaporkan perlakuan baik yang diterimanya
selama berada di bawah asuhan majikannya kepada Dewa dan Dewa akan
memberkati manusia yang menjadi majikannya tersebut. Selain itu, banyak
peribahasa dan ungkapan-ungkapan bahasa Jepang yang menggunakan kata
“kucing” (neko) di dalamnya. Contohnya, ungkapan “nekojita” (artinya
“lidah kucing”) untuk menjuluki orang yang tidak bisa makan makanan
panas karena lidahnya sensitif. Ungkapan-ungkapan lainnya yaitu “karite
kita neko”(artinya “kucing pinjaman”), “neko kawaigari suru” (artinya
“sangat memanjakan kucing”), “neko ni koban” (artinya “memberi uang emas
kepada kucing”) dan banyak lagi.
Kucing jadi allah ,ini masuk penyembah berhala ya
BalasHapus